Didi Tarsidi: Autobiografi (diperbarui Maret 2018)
Masa Kecil
Saya lahir pada tanggal 1 Juni 1951, dari keluarga petani, di Desa Tanjungkerta, Sumedang, Jawa Barat, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara. Saya kehilangan penglihatan karena suatu penyakit infeksi pada usia lima tahun dan dikirim ke Bandung untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa bagi Anak tunanetra pada usia sembilan tahun.
Pendidikan
Setelah menamatkan SD (1966) dan SMP (1969) di sekolah tersebut, saya melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG Negeri 2 Bandung) bersama-sama dengan siswa-siswa yang awas.
Setamat SPG, pada tahun 1973 saya masuk ke Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris IKIP Bandung, meraih gelar Sarjana Muda pada tahun 1976 dengan skripsi yang berjudul The Reading Problems of Blind Students of SMP-SLBN/A Bandung, dan gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 1979 dengan skripsi yang berjudul Comparative Study of Cultures in Foreign Language Teaching. Pendidikan magister saya ditempuh di Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) pada tahun 2000-2002, pada program studi bimbingan dan konseling. Saya meraih gelar magister pendidikan pada tahun 2002 dengan tesis yang berjudul KOMPETENSI SOSIAL ANAK TUNANETRA (Studi Kasus tentang Hubungan Sosial Anak Tunanetra dengan Sebayanya yang Awas di Lingkungan Sekitar Rumahnya). Pendidikan doctoral saya ditempuh di program studi yang sama di SPS UPI mulai tahun 2005 dan tamat pada tanggal 21 Nopember 2008 dengan disertasi yang berjudul Model Konseling Rehabilitasi bagi Individu Tunanetra Dewasa (Dikembangkan Berdasarkan Hasil Studi Kasus terhadap Individu Tunanetra yang Berhasil).
Dunia Kerja
Saya memulai dunia kerja pada tahun 1979 dengan bekerja sebagai interpreter untuk Helen Keller International, Inc., sebuah lembaga internasional yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat, yang menjalin kerjasama dengan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan untuk merintis pengembangan pendidikan terpadu bagi anak-anak tunanetra di Indonesia, yang kegiatan operasionalnya berpusat di Bandung.
Di samping itu, saya juga memberikan pelajaran privat bahasa Indonesia kepada warga negara asing yang tinggal di Bandung.
Pada tahun 1979 saya diangkat sebagai staf pengajar pada Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa (SGPLB) Bandung, dan mulai mengajar di sini pada tahun 1980.
Pada tahun 1994, ketika SGPLB Bandung diintegrasikan ke dalam Jurusan Pendidikan Luar Biasa di IKIP Bandung (sekarang disebut Departemen Pendidikan Khusus di UPI), saya pun berstatus sebagai dosen pada Departemen Pendidikan Khusus itu hingga saya pensiun pada bulan Juli 2016 dalam jabatan Lektor Kepala.
Sejak saat itu saya berstatus sebagai dosen luar biasa pada Program S2 dan S3, Program Studi Pendidikan Khusus Sekolah Pasca-Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Kontribusi pada Pengembangan Pendidikan Khusus
Pada tahun 1999-2004 saya terlibat dalam Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Subdirektorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa yang mendapat bantuan dana dari pemerintah Norwegia dan bantuan teknis dari Universitas Oslo. Dengan peran sebagai konsultan sekaligus interpreter pada proyek ini, saya berkesempatan mengunjungi berbagai tempat di Indonesia untuk mempromosikan pendidikan inklusif.
Pada tahun 2003, selama tiga bulan, saya termasuk di antara empat orang dosen yang dikirim oleh UPI ke Norwegia untuk studi bandung implementasi pendidikan inklusif di Norwegia dan pelaksanaan program master pendidikan kebutuhan khusus dengan orientasi pendidikan inklusif di Universitas Oslo. Kunjungan studi banding tersebut mengarah pada pembukaan Program Studi Pendidikan Khusus di Sekolah Pasca-Sarjana UPI.
Bentuk kontribusi lainnya dalam pengembangan pendidikan khusus adalah keterlibatan saya sebagai penyaji makalah pada sejumlah forum ilmiah yang terkait dengan bidang tersebut. Antara lain sebagai berikut:
Judul Makalah - Forum Ilmiah:
Implementation of Inclusive Education in Indonesia - The 8th International Congress on Including Children with Disabilities in the Community, Stavanger, Norway, 15-17 Juni 2004.
Teaching Profession for the Blind in the Indonesian Context - International Conference on New Technology and New Horizon for the Blind, Treviso, Italia, 10-12 Desember 2005.
Preparing Special Needs Education Teachers in Indonesia - The International Symposium on the Removal of Barriers to Learning, Participation and Development, Bukittinggi, 26-29 September 2005.
Computer and Blindness - International Seminar on Human Aspects of Computer In Computer-Based Systems, ITB, Bandung, 21-22 September 2005.
Higher Education for Students with Visual Impairment in Indonesia - The 2nd International Conference on Higher Education for Students with Disabilities, Waseda University, Tokyo, Japan, 27 Maret 2005.
Indonesia towards Inclusive Education, ASEAN Cooperative Conference on Inclusive Education, Universiti Brunei Darussalam, 4-7 Juli 2011.
International Workshop on Inclusive Education at Universities, Universitas Brawijaya, Malang, 2012.
Hakikat Ketunanetraan dan Implikasinya pada Pendidikan Anak Tunanetra, Seminar Difabel, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 27 September 2014.
Regional Conference of the International Council for Education of People with Visual Impairment East Asia Region, Denpasar, Bali, 28 September – 1 Oktober 2015.
Initiative Literasi Braille di Indonesia, Seminar Pembangunan Literasi Braille Nusantara, Kuala Lumpur, Mlaysia, 7-8 Maret 2016.
Keorganisasian
Kegiatan keorganisasian Saya antara lain mencakup Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), di mana saya menjabat sebagai Ketua Pertuni Daerah Jawa Barat (1994-1999) dan Kepala Biro Hubungan Luar Negeri Dewan Pengurus Pusat Pertuni (1993-1999).
Pada tahun 2004 saya terpilih sebagai Ketua Umum Pertuni masa bakti 2004-2009, dan sebagai Vice President World Blind Union Asia-Pacific masa bakti 2004-2008.
Pada tahun 2009 saya terpilih kembali sebagai Ketua Umum Pertuni untuk masa bakti 2009-2014.
Jabatan-jabatan di Pertuni tersebut telah membawa saya ke sejumlah negara untuk mewakili Pertuni dalam berbagai kegiatan internasional dalam bidang ketunanetraan.
Kegiatan Waktu Senggang
Hobi saya mencakup musik, catur, dan komputer.
Teknologi “komputer bicara” dan “ponsel pintar bicara” telah memungkinkan saya mengakses Internet dan sumber-sumber kepustakaan non-Braille secara mandiri, dan ini sangat membantu kelancaran studi dan pekerjaan saya.
Di samping itu, saya juga giat mengkampanyekan persepsi yang positif tentang ketunanetraan lewat Internet melalui blog Counseling, Blindness and Inclusive Education.
Dalam waktu senggang, saya juga gemar membuat tutorial penggunaan teknologi asistif bagi tunanetra yang saya publikasikan di Youtube Channel Didi Tarsidi: Teknologi Asistif Tunanetra
Kehidupan Keluarga
Saya menikah dengan Wacih Kurnaesih, S.Pd., seorang guru pada SLB/A Negeri Bandung, pada tahun 1980, dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, Tommi Rinaldi, S.T. (lahir tahun 1981) dan Sendy Nugraha, S.E.Ak. (lahir tahun 1983).
Dari mereka kami punya empat orang cucu: Malaika Veinhira (2009) dan Mikaila Zivahira (2012), serta Trisadila Akhmadhia (2013) dan Adiandra Raksa (2016).